Rahman
Ya rahman...
Hati
ini sayu melihat diri,
Yang
selalu lupa tentang penciptaan,
Adakah
hati ini sudah terlalu kotor,
Hingga
seringkali mengukir dosa,
Ya
Rahman... ampunkan diri ku...
Alhamdulillah Allah memberi peluang lagi untuk diri ana dan sahabat untuk
terus hidup, dengan ni’mat islam dan iman. Sekujur tubuh yang hina ini, ana
harapkan semoga hidup hanya mengharapkan redha Allah. Sesungguhnya hamba Allah
ini terlalu lemah, kadangkala jatuh tersungkur dan kalah dengan nafsu dan
hasutan syaitan.
Mungkin inilah hikmat kejadian manusia
yang penciptaan berunsur sesuatu yang lemah iaitu tanah, agar sentiasa
menginginkan tempat pengaduan dan pergantungan, iaitu tentunya Allah.
Astaghfirullah al ‘azim,
astaghfirullah al ‘azim, astaghfirullah al ‘azim.
Penulisan yang tidak seberapa daripada
ana buat renungan hati dan jiwa khasnya buat diri ana dan sahabat-sahabat
tercinta lillahitaala. Penulisan yang akan menyingkap hati insan selalu yang
kerap kali berbolak balik. Ana mohon maaf andai penulisan ini tidak dikonklusikan
atau diselitkan dengan penjelasan hukum, hal ini kerana siapalah ana untuk
menghuraikan tentang hukum. Mungkin hanya ini sahaja yang termampu ana.
QALBI
Qalbi, disebut hati dalam bahasa
melayu. Cebisan daging yang sangat perlu dijaga oleh pemiliknya, cebisan daging
yang jika pemiliknya tersalah langkah dalam kehidupannya akan me’luka’kan
cebisan tersebut, mungkin juga akan mengotorkan cebisan daging dengan tompok-tompok
hitam dosa.
Rasulullah ada bersabda yang bermaksud
:
“ Sesungguhnya di dalam tubuh manusia
itu ada segumpal darah. Jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik
pulalah seluruh tubuhnya. Adapun jika segumpal darah tersebut rosak maka akan
rosak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati”
( Hadith riwayat Bukhari dan Muslim)
Begitu besar hubungan Qalbi dengan
amalan kita, qalbi yang merupakan senjata utama yang perlu dijaga untuk
menghasilkan sekujur tubuh yang benar-benar hanya mencari Redha Allah,
membentuk sekujur tubuh yang benar-benar ikhlas tunduk kepada Allah, melahirkan
insan yang selayaknya syurga. Kerana apa yang akan dilihat Allah bukanlah kesegakan
tubuh tersebut, namun bagaimana corak hatinya, dicorak dengan rasa kehambaan
pada Allah ataupun kehambaan pada syaitan.
Secebis hati yang elok dan suci dari
dosa akan menghalang diri daripada melakukan dosa, kerana dengan hati yang suci
tanpa calaran dosa pastinya gelisah dan terlalu takut untuk berlaku curang pada
Khaliqnya. Hati yang bersih, yang di hatinya hanya ada cinta Allah dan kekasih
Allah, Rasulullah, akan takut pada azab Allah.
Namun inilah manusia, ‘manusia memang
mudah lupa’. Ana tak tahu kenapa ana suka sangat dengan tagline tersebut. Mungkin di sebabkan sememangnya itulah realiti
sifat manusia, iaitu mudah lupa. Lupa pada matlamat penciptaan, lupa pada
nasihat dan amaran Rasulullah buat umatnya. Manusia yang melupakan dan
buat-buat lupa tentang amaran Rasulullah tentang kepentingan menjaga hati agar
sentiasa bersih daripada sebarang calitan lumpur dosa.
BRUSH YOUR QALBI
Andai saja mampu untuk kita berus
segala kekotoran yang bertompok di hati kita, mahu saja kita berus hingga
hilang semuanya, bersih tanpa ada kesan. Namun apakan daya, bukan semudah itu
untuk menghilangkan kekotoran yang kita ukirkan sejak kita baligh hinggalah hari
ini. Cara terbaik adalah dengan mendekatkan diri pada Pencipta kita, mencari
rasa kehambaan yang telah lama hilang dalam diri kita. Mungkin bukan mudah
untuk mengubah diri kepada individu yang lebih baik, ini kerana keperluan untuk
kuat dan yakin untuk berjihad melawan nafsu serta perlu untuk diserikan dengan haruman
istiqamah sepanjang proses pembersihan Qalb.
Kita mahukan qalbi yang begitu
merindui saat berjumpa dengan Khaliq, hati yang terlalu takut berbuat dosa,
hati yang ikhlas menuntun cinta padaNya, hati yang tunduk saat diberi pujian,
hati yang sakit apabila sahabatnya derita, hati yang sentiasa beristighfar saat
melakukan dosa, hati yang tersemat cita-cita untuk jihad di jalan Allah.
Allah... andai saja miliki hati seperti ini, maka bahagia seperti mana
sahabat-sahabat Rasulullah.
HOW
ARE YOU, MY QALBI?
Kehadiran Islam ditengah kejahilan
masyarakat suatu masa dulu telah membuka tingkap-tingkap hati yang dulunya
tertutup kerana kebodohan, dengan membersih dan menjernihkan. Hati yang selama
ini penuh dengan kekotoran, bilamana dipenuhkan dengan rasa kehambaan dan
kecintaan kepada Allah, membina sekujur tubuh yang berakhlak dan berjiwa besar.
Bilamana kita singkap sirah Nabawiyyah yang ada melakarkan tentang kisah seorang
pejuang agama yang teragung, yang Allah jadikan sebagai pembeza antara haq dan
batil, iaitu Saidina Umar Al – Khattab AL- FAROUQ.
Sebelum hatinya tersentuh pada agama
islam, dia merupakan seorang yang sangat kejam dan zalim. Membunuh anak
perempuannya, dan bermacam-macam kajahatan yang dia lakukan. Seorang yang
hatinya terlalu kotor dengan dosa dan jauh sekali dengan kebaikan. Namun,
setelah Allah meniupkan di hatinya dengan cinta hidayah dan petunjuk, hidupnya
berubah 360°, hatinya bersih seperti salju dingin, hatinya tunduk mengharapkan
pengampunan Allah, hidupnya hanyalah untuk islam, dirinya disinari akhlak
mulia, pemimpin yang berjiwa besar dan berkepimpinan.
And what about your Qalbi?
Benarkah sudah dipenuhi dengan cinta
Allah, ataupun masih gelap dengan tompokan kejahilan.
KENALI
OUR QALBI
“Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang apa yang dilakukannya.
(Al-Isra: 36)
1. Hati yang sihat
Yaitu hati yang bebas dari berbagai penyakit hati. Firman Allah: “(Yaitu) Hari yang padanya harta benda dan anak-pinak tidak dapat memberikan pertolongan sesuatu apapun Kecuali (harta benda dan anak-pinak) orang-orang yang datang mengadap Allah dengan hati yang selamat sejahtera (dari syirik dan penyakit munafik).” (Asy-Syura: 88-89). Ayat ini sangatlah mengagumkan, di sela-sela harta benda yang diburu dan dikejar-kejar orang, dan anak-anak laki-laki yang sukses dengan materinya dan sangat dibanggakan, ternyata itu semua tidak akan memberi manfaat kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat. Yaitu selamat dari semua nafsu syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah dan laranganNya, dan dari semua syubhat yang memalingkan dari kebenaran, selamat dari peribadatan dan penghambaan diri kepada selain Allah, selamat dari berhukum dengan hukum yang tidak diajarkan oleh Allah dan RasulNya, dan mengikhlaskan seluruh peribadatannya hanya karena Allah, iradahnya, kecintaannya, tawakkalnya, taubatnya, ibadah dalam bentuk sembelihannya, takutnya, raja’nya, diikhlaskannya semua amal hanya kepada Allah. Apabila ia mencintai maka cintanya karena Allah, apabila ia membenci maka bencinya karena Allah, apabila ia memberi maka memberinya karena Allah, apabila menolak maka menolaknya karena Allah. Dan tidak hanya cukup dengan ini, sampai ia berlepas diri dari semua bentuk keterikatan dan berhukum yang menyelisihi contoh dari Rasulullah. Maka hatinya sangat tertarik dengan ikatan yang kuat atas dasar mengikuti jejak langkah Rasulullah semata, dan tidak mendahulukan yang lainnya baik ucapan maupun perbuatannya.
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya, bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Al-Hujurat: 1)
2. Hati yang mati
Yaitu kebalikan dari hati yang sehat, hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya, tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang perintahkanNya, dicintaiNya dan diridhaiNya. Bahkan selalu memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan dibenciNya. Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu syahwatnya itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah. Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya, maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai daripada ridha Allah. Orang yang demikian menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat sebagai komandannya, kebodohan menjadi sopirnya, dan kelalaian sebagai tunggangan dan kendaraannya. Pikirannya hanya untuk mendapatkan dunia yang menipu ini dan dibuat mabuk oleh nafsu untuk mendapatkannya, ia tidak pernah meminta kepada Allah kecuali dari tempat yang jauh. Tidak memerlukan nasihat-nasihat dan selalu mengikuti langkah-langkah syaitan yang selalu merayu dan menggodanya. Maka bergaul dengan orang seperti ini akan mencelakakan kita, berkawan dengannya akan meracuni kita, dan duduk dengannya akan membinasakan kita.
3. Hati Yang Sakit
Yaitu hati yang hidup tapi ada penyakitnya, hati orang yang taat terhadap perintah-perintah Allah tetapi kadangkala juga berbuat maksiat, dan kadang-kadang salah satu di antara keduanya saling berusaha untuk mengalahkannya. Hati jenis ini, mencintai Allah, iman kepadaNya beribadah kepadaNya dengan ikhlas dan tawakkal kepadaNya, itu semua selalu dilakukannya tetapi ia juga mencintai nafsu syahwat dan kadang-kadang sangat berperan dalam hatinya serta berusaha untuk mendapatkannya. Hasad, sombong (dalam beribadah kepada Allah), terombang-ambing antara dua keinginan yaitu keinginan terhadap kenikmatan kehidupan akhirat serta keinginan untuk mendapatkan gemerlapnya dunia.Maka hati yang pertama hidup, tumbuh, khusyu’ dan yang kedua layu kemudian mati. Adapun yang ketiga dalam keadaan tidak menentu, apakah akan hidup ataukah akan mati. Kemudian banyak sekali orang yang hatinya sakit dan sakitnya bahkan semakin parah, tetapi tidak merasa kalau hatinya sakit, bahkan sekalipun telah mati hatinya tetapi tidak tahu kalau hatinya telah mati.
Jadi sahabat-sahabat syurga, manakah
hati kita?
Yang semakin hari semakin melupakan
Khaliq,
Ataupun yang semakin hari semakin
mendekati Khaliq.
Beristighfarlah saat engkau semakin
melupakannya,
Istiqamahlah saat engkau semakin
mendekatinya...
> Cakap biar dari hati <
No comments:
Post a Comment